Subsidi Motor Listrik: Solusi atau Malah Bikin Rugi?
WARNING: ARTIKEL INI CUMA OPINI ADMIN.
Pernah nggak sih kalian merasa sebuah niat baik malah
berujung nggak sesuai harapan? Nah, kayaknya itu yang terjadi sama program
subsidi motor listrik di Indonesia beberapa tahun terakhir. Ya itu menurut saya
pribadi.
Awalnya sih niatnya bagus, pemerintah ingin mendorong
transisi ke kendaraan listrik. Supaya lebih ramah lingkungan, hemat BBM, dan
tentu aja lebih kekinian. Jadi, dikasihlah subsidi biar harga motor listrik
lebih terjangkau. Tapi, kenyataan di lapangan… nggak semanis yang dibayangkan.
Dulu, Motor Listrik Itu “Eksklusif dan KEREN!”
Sebelum subsidi ramai-ramai digelontorkan, orang yang
punya motor listrik itu bisa dibilang benar-benar NIAT. Mereka
nabung dulu, cari informasi dulu, join aneka grub komunitas kendaraan Listrik, bandingin berbagai merk, bahkan sampai belajar
soal perawatan baterai, sistem kelistrikan, Dengan tujuan agar cara pakai yang
benar dan bisa bermanfaat. Karena, ya memang motor listrik bukan seperti motor
bensin biasa. Butuh perlakuan yang berbeda.
Hasilnya? Pengguna motor listrik waktu itu kebanyakan
puas. Jarang banget ada keluhan besar. Rusak? Ya ada sih, tapi dengan pengetahuan
user saat itu kerusakan kecil langsung easy diperbaiki sendiri. Misal ada kerusakan
besar, y aitu bukan karena kesalahan user pemakai lah. Karena penggunanya udah
siap secara pengetahuan dan cara merawatnya bagaimana. Jadi motor listriknya
pun awet, performa terjaga, puas dan Bangga.
Datanglah Era Subsidi… dan Mulailah Masalahnya
Begitu subsidi diberlakukan, semua orang jadi bisa
beli motor listrik. Masyarakat yang tadinya nggak tertarik pun jadi tergiur
karena harganya jadi lebih murah. Kredit cicilan juga bermunculan, Bahkan ada
yang berkepikiran, “Motor listrik cuma segini sudah dapat? Langsung beli lah,
coba coba dulu!”. Politron FOX R, Uwimfly, GESITS, SELIS, semuanya langsung menghiasi jalan raya sekitar
kita.
TAPI SAYANGNYA
Tapi sayangnya, mayoritas pembeli baru ini nggak punya
waktu (atau niat) buat belajar dulu. Mereka asal pakai. Nggak ngerti soal
baterai yang harus di-charge dengan benar. Nggak paham kalau motor listrik
nggak cocok buat dikasih beban berat terus-menerus. Nggak tahu bahwa service
dan perawatan motor listrik beda sama motor bensin.
Akhirnya? Banyak yang rusak. Banyak yang kecewa. Dan
yang lebih parah — banyak yang menyebarkan opini negatif: “Ah, motor
listrik jelek. Cepet rusak. Nggak kuat nanjak. Nggak worth it.”
Citra Rusak, Penjualan Anjlok
Di tahun 2025 ini, subsidi udah berakhir. Harga
kembali normal. Tapi sayangnya, damage has been done. Opini buruk
udah terlanjur menyebar. Masyarakat jadi ragu lagi buat beli motor listrik.
Padahal sebenernya, kendaraan listrik itu bagus kok.
Tapi ya itu tadi… harus dipakai dan dirawat dengan cara yang tepat. Dan
seharusnya, edukasi berjalan seiring dengan program subsidi, bukan cuma
asal kasih potongan harga 7 juta gitu.
Sekarang?
Banyak penjual yang sampai banting harga demi stok laku. Kemarin saya ditawarin
borong sepeda Listrik moped Cuma seharga 900rb an, dan suruh jual ulang 1.5-2jt
an, ini harga yang bener-benar anjlok. Harga yang banting murah parah bahkan
lebih murah daripada harga asli di Cina sana. Meski sudah dibating harga
semurah itu, Tapi tetap aja, pembeli udah ogah-ogahan beli. Karena di mata
mereka, motor listrik udah keburu dinilai “gagal”, berita negative kecewa pakai
sudah terlanjur menyebar.
Jadi, Solusi atau Malah Merugi?
Nah, balik ke pertanyaan awal: subsidi motor
listrik ini solusi atau malah merugi?
Kalau dilihat dari sisi niat dan potensi jangka
panjang, ini seharusnya bisa jadi solusi. Tapi karena eksekusinya kurang
siap, terutama dari sisi edukasi dan pembinaan pengguna, akhirnya malah jadi
bumerang.
Sekarang PR-nya adalah: gimana caranya kita bisa
balikin lagi citra positif kendaraan listrik? Perlu kerja keras dari
pemerintah?, produsen?, atau sampai komunitas pengguna? Bagaimana untuk bangun kepercayaan masyarakat
lagi.
Kalau kamu pembaca punya pengalaman pribadi soal motor
listrik, atau pendapat beda tentang subsidi ini, ayuk ceritain di kolom
komentar!
Siapa tahu bisa jadi bahan diskusi bareng.